Sabtu, 23 Juni 2012

GESEKAN PERSAHABATAN


Suasana santai Rasulullah saw bersama Abu Darda ra mendadak berubah serius ketika muncul Abu Bakar As Shiddiq ra yang datang tergopoh-gopoh, berjalan bergegas, menyisingkan kainnya, sehingga hampir tampak kedua lututnya. Dari kejauhan Rasulullah saw memandangi Abu Bakar ra dan berkomentar: “Sesungguhnya sahabatmu itu sedang ada keperluan serius”.

“Assalamualaikum....” Abu Bakar ra menyapa Rasulullah saw dan para sahabat. Setelah dijawab salam itu kemudian Abu Bakar mengadukan masalahanya: “Ya Rasulullah saw, sesungguhnya tadi saya ada sedikit masalah dengan Umar, saya agak tergesa-gesa kepadanya, sehingga membuatnya agak kesal. Kemudian saya menyesali kejadian itu. Saya telah memintanya agar ia bersedia memaafkan saya, tetapi Umar menolak. Saya sempat menyusulnya ke Baqi’, saya tunggu ia keluar dari rumahnya tetapi tetap saja ia menolak memaafkan kesalahan saya. Sehingga saya datang ke mari menghadap engkau Wahai Rasulullah”.

Persahabatan sangat mudah terkoyak oleh gesekan-gesekan kecil dan goresan yang terkadang menyisakan rasa kesal dan kecewa. Padahal persahabatan itu sulit membina dan membangunnya. Maka mempertahankan persahabatan sangat diperlukan kesadaran diri dan keterbukaan untuk bisa memaafkan kekhilafan sahabat yang lain.

Menanggapi kegelisahan Abu Bakar ra yang nyaris putus asa untuk mendapatkan maaf dari Umar, Rasulullah saw berdoa: “Semoga Allah memberikan ampunan untukmu Wahai Abu Bakar”. Dan untuk menunjukkan kesungguhan doa itu, Rasulullah saw mengulangi doa itu tiga kali.

Rasulullah saw pendidik sejati yang mampu meredam kegelisahan sahabatnya, dengan mendekatkannya kepada Allah SWT. Sikap kebapakan yang mengayomi dan solutif inilah yang menyebabkan para sahabat tidak segan-segan mengadukan masalah-masalah pribadinya kepada Rasulullah saw. Para sahabat optimis jika mengadukan masalah kepada Rasulullah saw akan ada solusi dan tidak menyisakan polusi.

Di sisi lain, Umar bin Al Khaththab ra mulai juga menyesali sikapnya “Kenapa menolak memaafkan Abu Bakar, ketika Abu Bakar meminta maaf atas kekhilafannya?”. Umar bin Al Khaththab ra pergi ke rumah Abu Bakar ra. Dan ketika sampai di rumah Abu Bakar, Umar tidak menemukan Abu Bakar di rumahnya. Keluarga Abu Bakar memberitahukan bahwa kemungkinan besar kalau tidak ada di rumah Abu Bakar biasanya berada bersama Rasulullah saw.

Umar bin Al Khaththab  ra  begegas menemui Rasulullah saw dengan harapan mendapatkan Abu Bakar ra di sana dan dapat menyelesaikan masalahnya itu dengan sebaik baiknya. Umar bin Al Khaththab  ra tidak ingin memendam masalah yang tidak terselesaikan dengan baik kepada para sahabatnya khususnya Abu Bakar As Shiddiq.

Melihat kedatangan Umar bin Al Khaththab  ra, wajah Rasulullah saw berubah dan tampak marah, sehingga Abu Bakar ra tampak kasihan dan tidak ingin Umar bin Al Khaththab  ra mendapatkan kemarahan dari Rasulullah saw. Abu Bakar ra ketakutan hingga duduk tersungkur dan berkata: “Ya Rasulallah, saya yang salah, saya yang telah melakukan kezhaliman”. Dua kali Abu Bakar ra mengulang pernyataannya itu, mengiba agar Rasulullah saw tidak marah kepada Umar bin Al Khaththab ra.

Tampak dari cara Rasulullah saw menerima Umar bin Al Khaththab ra, ketidak senangannya jika ada orang yang menolak memaafkan sahabatnya yang telah menyadari kekhilafan dan meminta maaf. Seseorang yang telah mengakui kesalahannya secara psikis ia telah kalah, maka tidak pantas untuk ditambah penderitaannya dengan tidak mendapatkan maaf dari sahabatnya. Dan Abu Bakar ra tampak begitu mulia dan cintanya kepada Umar bin Al Khaththab ra. Ia bersedia menanggung kesalahan itu hanya ada di pundaknya dan berusaha membebaskan Umar bin Al Khaththab ra dari kesalahan.

Begitulah persahabatan dibangun, dikelola dan diperbaiki jika ada gesekan, atau goresan luka. Masalah dalam mu’amalah adalah keniscayaan, dan yang terpenting adalah cara indah dalam menemukan solusi.

Rasulullah saw kemudian mengingatkan kepada seluruh ummatnya secara umum untuk mengingat prestas dan kebaikan orang lain. Rasulullah bersabda: “Wahai manusia semua, seungguhnya Allah SWT mengutusku kepada kalian semua, lalu kalian semua mendustakanku, tetapi Abu Bakar membenarkan dan mengimaniku. Ia telah melipurku dengan jiwa, raga dan hartanya. Bersediakah kalian memaafkan sahabatku ini? Rasulullah mengulang pertanyaannya itu tiga kali. Dan setelah peristiwa itu, Abu Bakar ra tidak terganggu lagi.