Selasa, 26 Juni 2012

TUDUHAN GILA


Di antara isu yang kaum kafir Quraisy sebar luaskan di Makkah tentang Nabi Muhammad saw adalah sebutan sebagai majnun (orang gila). Tuduhan ini mereka lancarkan untuk menjauhkan Nabi Muhammad saw dari siapapun, terutama para pengunjung Ka’bah agar tidak mendekatinya dan dapat terpengaruh oleh dakwahnya.
 
Maka ketika Dhimad al-Azdiy datang ke Makkah iapun  mendengar berita tentang Nabi Muhammad  saw yang mereka sebut gila itu. Dhimad  al-Azdiy merasa prihatin dengan kondisi ini. Dhimad al-Azdiy bahkan ingin bertemu Nabi Muhammad saw dengan harapan agar dapat membantu menyembuhkan penyakit gila seperti yang ia dengar, karena  Dhimad al-Azdiy terkenal sebagai perawat orang gila di kaumnya dan membantu menyembuhkannya. “Kalau saja saya bisa berjumpa dengan orang itu, dan Allah berikan kesembuhannya lewat sentuhan tanganku,” begitu Dhimad al-Azdiy berharap.

Dan harapan itupun terkabul, Dhimad al-Azdiy berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. Dhimad al-Azdiy berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya saya mendengar orang-orang menyebutmu gila, dan saya ingin meruqyah penyakitmu ini. Dan sesungguhnya Allah SWT telah menyembuhkan beberapa orang lewat sentuhan tangan saya. Apakah engkau bersedia?”

Ungkapan ini bisa membuat marah orang yang mendengarnya. Tetapi Nabi Muhammad saw menanggapinya dengan sabar dan tenang, tidak marah, dan tidak menunjukkan sikap kesal. Nabi Muhammad melihat ketulusan dan kepolosan Dhimad Al-Azdiy, orang yang telah berpengalaman membantu menyembuhkan orang-orang gila.

Maka dengan sabar dan bijak Nabi Muhammad menjawab tawaran Dhimad al-Azdiy dengan mengatakan: “Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya, dan memohon pertolongan-Nya. Barang siapa yang Allah telah berikan hidayah maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang telah Allah sesatkan maka tidak ada seorangpun yang dapat menunjukinya. Dan saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya, dan utusan-Nya”.

Jawaban  Nabi Muhammad saw yang jelas dan lugas itu mengejutkan Dhimad al-Azdiy. Tidak ada sedikitpun ciri orang gila seperti yang disebar luaskan kafir Quraisy Makkah dalam diri dan ucapan Nabi Muhammad saw. Bahkan Dhimad al-Azdiy merasakan hal yang luar biasa dari  jawaban Nabi Muhammad saw yang sangat singkat itu. Dan setelah mendengar jawaban itu Dhimad al-Azdiy meminta agar Nabi Muhammad saw mengulanginya, “Ulangilah ucapanmu itu”.  Nabi Muhammad saw mengulanginya hingga tiga kali.

Dhimad al-Azdiy terpesona dan menghormati Nabi Muhammad saw dengan sebaik-baiknya seraya berkata, “Saya telah mendengar berulang kali mantra para dukun, jampi-jampi para penyihir,  ungkapan para penyair, tetapi belum pernah mendengar ungkapan indah seperti yang telah engkau ucapkan. Alangkah dalam sekali ucapanmu itu, sehingga sampai ke dasar dasar samudra.  Ulurkan tanganmu, saya akan berjanji kepadamu menjadi muslim pengikutmu”.

Nabi Muhammad saw mengulurkan tangannya, menerima janji Dhimad al-Azdiy untuk masuk Islam dan menjadi pengikutnya. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda: ”Kamu mewakili kaummu semua untuk masuk Islam? Dhimad al-Azdiy menjawab: “Ya, saya mewakili seluruh kaum saya untuk setia dan berjanji masuk Islam”.

Dhimad al-Azdiy sangat terkesan dengan ungkapan indah Nabi Muhammad saw yang sangat jelas dan terang. Ungkapan Nabi Muhammad saw adalah suara hati  yang paling dalam, bukan retorika, bukan pula permainan kata-kata dari bibir dan lidah yang tidak bertulang,  sehingga mampu menembus hati Dhimad al-Azdiy dalam waktu sekejap dan menebar benih iman di hatinya.  Ungkapan yang bersumber dari hati akan masuk pula ke dalam hati. Dan kata-kata yang hanya permainan bibir dan lidah hanya akan lewat di telinga, tidak mampu menembus hati manusia.

Jawaban Nabi Muhammad saw kepada Dhimad al-Azdiy adalah muqaddimah khutbah yang sangat indah karena berisi pujian dan syukur kepada Allah. Mengakui Kebesaran dan Keagungan Allah, serta Ke-Esa-an Allah untuk disembah diminta pertolongan.
Begitu cepatnya Dhimad al-Azdiy menyatakan Islam membuktikan bahwa agama ini adalah agama fithrah dan ketulusan. Dakwah Islam adalah ketulusan sebagaimana Dhimad al-Azdiy datang menemuinya juga dengan ketulusan.

Demikianlah jiwa manusia yang merdeka, bersih dari kedengkian, tidak dipenuhi oleh kepentingan-kepentingan duniawi akan lebih mudah merespon dan memenuhi panggilan dakwah, lebih cepat menyerap hidayah. Jiwa yang fitri itu menemukan habitat aslinya. Habitat yang memperkenalkannya dengan Yang Maha Pencipta, dan memberinya harapan untuk kehidupan yang lebih berharga.

Tuduhan negatif  yang disebar luaskan oleh kaum kafir Quraisy itu menggugah hati Dhimad al-Azdiy dan berubah menjadi pintu masuknya hidayah Islam ke dalam hatinya. Wallahu a’lam.