Perjalanan Rasulullah saw ke Thaif semakin menambah
duka, dan memperpanjang penderitaan di jalan dakwah. Harapan untuk diterima
oleh penduduk Thaif sebagai tamu yang dihormati sebagaimana kebiasaan bangsa
Arab tidak Rasululah dapatkan. Penduduk Thaif justru mengusir dan melempari
Rasulullah saw, memperlakukannya sepeti orang gila, hingga Rasulullah saw harus
berlindung di sebuat kebun milik Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah. Dua
orang pemilik kebun itu kemudian terketuk hatinya, merasa iba melihat
Rasulullah saw yang terluka.
Disuruhlah
penjaga kebun itu untuk memetik setangkai anggur, meletakkannya di tempat
penyajian dan mengantarkannya kepada Rasulullah saw yang sedang
berlindung di balik tembok kebun itu. Adas –sang penjaga kebun- itupun
melaksanakan perintah majikannya, memetik anggur, meletakkannya di tempat
penyajian dan mengantarkannya kepada Rasulullah saw dan mempersilakannya untuk
menikmatinya dengan mengatakan: “Silakan makan”. Adas menemani Rasulullah saw
di persembunyiannya itu.
Rasulullah
saw memetik anggur itu. Sebelum buah anggur itu memasuki mulutnya, terucaplah
kata “Bismillah....”, kemudian mengunyah dan memakannya.
Adas
terkesima dengan cara makan Rasulullah saw. Bacaan basmalah yang didengarnya
membuatnya tertegun. Ia berkata, “Sesungguhnya bacaan basmalah ini tidak
pernah saya dengar terucap di negeri ini. Baru sekarang ini saya mendengarnya”.
Rasulullah
saw bertanya kepadanya, “Memang dari negeri manakah kamu Wahai Adas, apa
agamamu? Ia menjawab: “Saya beragama Nasrani, dan saya berasal dari
Naynuwiy”. Rasulullah saw berkomentara: “Naynuwiy adalah negerinya orang shalih
yang bernama Yunus bin Matta”.
Mendengar
tokoh negerinya disebut oleh Rasulullah saw, Adas semakin penasaran dan ingin
mengetahui lebih jauh tentang Rasulullah saw. Adas bertanya: “Dari mana engkau
mengetahui Yunus bin Matta?”. Rasulullah saw menjawab, “Yunus bin Matta itu
adalah saudara saya. Ia seorang Nabi dan saya juga seorang Nabi”. Mendengar
penjelasan itu Adas spontan memeluk Rasulullah saw menciumi kepala, kedua
tangan dan kedua kaki Rasulullah saw.
Utbah bin
Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah memandanginya dari kajauhan dan berkata satu
sama lain, “Budakmu telah ia rusak agamanya”. Dan tak lama kemudian Adas datang
menemui keduanya. Segera Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah memarahinya,
“Wahai Adas, celaka amat kamu ini, mengapa engkau ciumi kepala, tangan, dan
kaki orang itu?” Adas menjawab, “Wahai tuanku. Di muka bumi ini tidak ada yang
lebih baik daripada dirinya. Ia telah memberitahukan kepadaku tentang sesuatu
yang hanya diketahui oleh seorang Nabi”.
Utbah bin
Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah semakin marah dan berkata, “Celaka engkau wahai
Adas, jangan pernah ada yang merubah agamamu, karena sesungguhnya agamamu lebih
baik daripada agamanya”.
Bacaan
Basmalah yang Rasulullah ucapkan sebelum makan buah anggur itu adalah merupakan
pancaran iman yang sangat dalam dan teraktualisasikan dalam prilaku
ibadah harian. Ketulusan pengucapannya karena Allah SWT mampu menggerakkan hati
seorang yang beragama Nasrani –Adas- untuk membuka diri, berkomunikasi, dan
menjadi pemeluk Islam yang baik.
Membaca
Basmalah sebelum makan sebagaimana amalan-amalan sunnah yang lain menjadi salah
satu keunggulan kaum Muslimin. Keunggulan penganut ajaran tauhid yang beriman
hanya kepada Allah SWT. Keunggulan yang membedakannya dari penganut agama lain.
Bacaan
basmalah telah merubah hidup Adas. Ia menjadi pengagum Rasulullah saw, ia ciumi
kepala, kedua tangan dan kakinya karena kagum dan cinta. Maka ketika ia menjadi
pemeluk dan penganut agama Rasulullah saw keyakinannya tertanam kuat di dalam
hati. Ia tidak terpengaruh oleh provokasi majikannya Utbah bin Rabi’ah dan
Syaibah bin Rabi’ah yang mengatakan bahwa agama Adas sebelumnya lebih baik
daripada agama baru yang dianutnya.
Keteguhan
hati Adas untuk beriman dan rasa cintanya kepada Rasulullah saw ditunjukkannya
kembali ketika menjelang perang Badr. Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah
mengajaknya untuk ikut berangkat ke Badr, Adas bertanya: “Perang melawan orang yang
pernah kalian lihat di kebun anggur dahulu? Demi Allah, gunungpun tidak akan
sanggup mengalahkannya”. Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah berkata,
“Celaka engkau wahai Adas, engkau telah benar-benar terkena sihirnya”.
Pengamalan
sunnah –membaca basmalah sebelum makan- yang kelihatannya sederhana telah mampu
menghadirkan perubahan besar bagi kehidupan orang di sekitarnya. Inilah salah
satu kunci keberhasilan dakwah sepanjang sejarah. Ketulusan dan keikhlasan
hanya karena Allah SWT disertai dengan kesungguhan dalam mengamalkan
ajaran-ajarannya sekecil dan sesederhana apapun. Wallahu a’lam bishshawab.